Walaupun pemikirannya kadang mengembara jauh ke Dunia Barat sana, tetapi tetap tidak lupa kelokan. Itulah yang membuat esai-esai Mang Jamal terasa kaya dan kadang disisipi humor satiris yang getir. ~ Mamat B. Sasmita, pengelola Rumah Baca Buku Sunda Saya diam-diam memanggil sahabat saya ini Si Kabayan karena gurauannya unik dan cara berceritanya ada kemiripan dengan Si Kabayan. Setiap esai dalam buku ini mengandung keunikan yang berdasarkan observasi dan renungan tapi tetap disajikan dengan gula. Kumpulan esai ini sangat cocok waktu ngopi dengan sampeu goreng pada sore-sore sebagai penghibur stres zaman kiwari. Resep, mantap! Mang Jamal! ~ Prof. Mikihiro MORIYAMA, Nanzan University, Japan. Dalam himpunan esai ini tercermin keahlian MJ di bidang desain, wawasan budayanya, serta perhatiannya terhadap lingkungan sekitar. Novel karangannya sudah beberapa judul. Dia pun menulis buku teks tentang desain mebel. Tulisannya bukan cuma dalam bahasa Indonesia, melainkan juga dalam bahasa Sunda. Disertasinya di ITB mendalami makna estetika formal dan simbolik wadah makanan pokok masyarakat Sunda, seperti aseupan (kukusan) dan boboko. Belakangan, benda budaya ini dia modifikasi jadi tudung lampu. ~ Hawe Setiawan, kolumnis, dosen FISS Unpas