Cassandra Cassanova, gadis terpelajar lulusan pemuncak dari universitas kenamaan negeri ini. Hadir dari latar belakang keluarga yang menganggap Tuhan bukan permainan opsi untuk memilih agama mana yang terbaik dalam mengenal-Nya. Dalam rentang waktu Cassandra mencapai pendewasaan diri di usia berkepala dua, dorongan bawah sadar mengiring perhatiannya pada hijab. Ia menganggap ini bagai ajakan ghaib yang tak bisa dijelaskan kelogisan dan rasionalitasnya. Tetapi kerudung di pusaran hidup Cassandra menjelma petaka yang menghempasnya ke dalam dunia yang mendesak dan membuatnya sesak oleh berbagai dialektika. Takdir Cassandra dihadapkan pada sekelompok sahabat permainan yang hadir dari berbagai latar belakang keluarga. Dalam perjalanannya, ketujuh gadis ini saling bersinggungan dalam mengartikan hijab sebagai entitas yang tak sekadar urusan taat syariat. Banyak sisi yang ikut terkuak bersama problematika yang menyedot atensi mereka dalam kisruh berkerudung. Kerudung memercikkan kontradiksi antara citra kesalihan dan panggung politik, keselarasan komunikasi mode dan teologis, keindahan jasmani dan perspektif religi filsuf, trend zaman dalam retorika kelompok sosial yang menyorotinya serta menautkan atensi seorang yang pantang berkerudung menjadi hipnotis yang mematahkan ambisinya. Lalu bagaimana semesta Mayang Sahura sang sulung yang ditimpa lakon serba perbandingan, Retno Jamilah sang youtubers kondang anti hijab, Nur Bahar sang putri walikota kutu buku, Arum Utami si tambun berkerudung syari yang terobsesi dengan dunia kuliner dan teater, Raenisa Siregar sang atlet yang dielu-elukan lewat karier dan lirih mengerikan dari rambutnya yang meranggas, Zulaikha Kumara sang vokalis band rock populer putri tunggal dari keluarga MUI yang religius, serta Yosi Noviani sang desainer busana dengan setiap senti karyanya yang dijahit dari keikhlasan? Petualangan mereka yang akan menjawab tantangan peradaban.