Perbincangan representasi ideologi seksual perempuan perupa kontemporer Bali ini disimpulkan memiliki dua kategori makna. Pertama, peran ganda perempuan perupa sebagai upaya meniti karier yang terdapat pada karya-karya Cok Mas Astiti. Ni Nyoman Sani, dan Ni Nyoman Sutrisni. Perempuan perupa ini sadar atau tidak sadar telah terhegemoni oleh budaya patriarki Bali (purusa). Mereka menerima konstruksi budaya patriarki ini dalam penghayatannya sebagai perempuan Bali, baik sebagai istri, ibu, maupun anak perempuan. Dua perempuan perupa lainnya, yaitu I Gusti Ayu Kadek Murniasih dan Ni Made Kurniati Andika menghadirkan tubuhnya sendiri secara terbuka sebagai cara menolak kuasa laki-laki. Berdasarkan latar biografi mereka yang meninggalkan jejak luka, I Gusti Ayu Kadek Murniasih dan Ni Made Kurniati Andika mengkritisi hubungan kuasa laki-laki dan perempuan yang terdapat dalam budaya patriarki.