“Kakak sopir, kenapa pelan sekali, kah?” tanya saya. “Ei, Adik. Ti lihat kah itu jurang di samping? Ih, kalau mobil ini jatuh, lima belas kali lagu Indonesia Raya belum sampai kita di dasarnya.” “Ai. Begitu dalam kah dasarnya?” “Ti ada dasarnya, Adik! Langsung neraka sudah!” Engkel terus melesat. “Kenapa tak ke Ende dulu?” tanya sopir kepada saya saat kami telah sampai di Maumere. Ende, telah beberapa jam yang lalu kami lewati. “Sukarno kan dibuang di sana, Pancasila lahir di sana, Indonesia sebenarnya lahir di Ende. Di sana juga bisa dilihat itu Danau Kelimutu,” kata sopir lagi. * Indonesia dari Pinggir adalah seri catatan perjalanan Fatris MF ke beberapa tempat dari timur hingga barat Indonesia. Catatan perjalanan ini bagai jendela kecil yang mengajak kita bersama-sama melihat lebih dekat daerah-daerah yang jarang didengar keberadaannya, yang samar-samar bersuara, yang dianaktirikan pembangunan dan jauh dari Jakarta. Melalui buku ini kita bisa merenungkan bagaimana keragaman telah membentuk identitas bangsa ini dan bagaimana setiap sudut tanah air memiliki ceritanya sendiri, sejarah, dan budaya yang tak ternilai. Tempat-tempat yang seakan ingin menceritakan dirinya sendiri, dengan duka, tawa, dan ironinya.