Country | |
Publisher | |
ISBN | 9786232219007 |
Format | PaperBack |
Language | Bahasa |
Year of Publication | 2023 |
Bib. Info | 124p., 21cm., |
Categories | Literature |
Product Weight | 200 gms. |
Shipping Charges(USD) |
Seperti namanya, Sinta, kuplet sajaknya membawa kita ke masa yang jauh saat "sajak" masih "kakawin", saat epos dinarasikan dalam bait syair panjang. Diksi Sinta bukan saja menjadi pengantar sikap bagaimana buana perempuan di jagat genit dewa, melainkan ia memperlihatkan keterlibatan yang intim bahwa filologi dan arkeologi tak saling memunggungi dengan kesusastraan. – Muhidin M. Dahlan, Dokumentator Partikelir Warung Arsip “‘Arkais/Sangam’ bukan sekadar kumpulan sajak, melainkan adalah harta karun bahasa dan budaya yang dihidupkan kembali oleh filolog muda, Sinta Ridwan. Menggali kedalaman diksi kuna dari beragam manuskrip dan prasasti, Sinta mengajak pembaca ke zaman lampau, mempertemukan kita dengan keindahan linguistik yang nyaris terlupa. Dalam setiap sajaknya, diksi kuna bertemu dengan visi masa depan, menciptakan dialog antara apa yang telah ada dan apa yang akan datang. Sinta mengundang kita ke dalam labirin waktu, di mana kita dihadapkan pada pertemuan antara warisan leluhur dan impian generasi mendatang. Lapisan sejarah terungkap satu demi satu, mengkinikan kembali masa lalu melalui alusi yang kaya dan berlapis-lapis.” – Martin Suryajaya, Pengajar Sekolah Pascasarjana IKJ “Dari sajak Sinta Ridwan kita menemukan kembali bahwa tidak ada keasingan dan kelumrahan yang total. Kelumrahan sewaktu-waktu menuntun kita pada ketidakmampuan untuk saling merasakan dan memahami lebih dalam. Sedangkan dalam setiap keasingan, ada kemungkinan untuk berbagi getar; getar dari dunia yang menyakitkan, juga getar dari perjalanan yang pernah bikin bahagia. Begitulah masa lalu dan masa kini, dalam sajak Sinta Ridwan, saling berbagi keasingan dan kelumrahannya kepada kita.” – Heru Joni Putra, Penyair “Membaca sajak-sajak Sinta Ridwan di kumpulan ini seperti memasuki dan mengalami ruang di mana beragam kisah bersilangan tumpang tindih dan, karenanya, waktu terasa bergerak amat lambat, seolah tidak tahu mesti menyeret bebannya ke arah mana; waktu kadang tampak tidak bisa menentukan yang mana masa depan yang mana masa silam. Situasi semacam itu menghamparkan kepada kita ruang untuk berhenti dan merenung.” – M. Aan Mansyur, Penulis “Menghayati Arkais/Sangam, ras saya ingat kepada karinding. Dia yang mendengungkan penciptaan, kehidupan, dan ragam tanda lara pun pati, terasa larap dengan kisah di sajak-sajak sini. Puluhan tokoh dilahirkan kembali, bertandang dan bertanding, sambil dibumikan di langgar air, api, tanah, dan udara yang Sinta Ridwan ciptakan sepanjang hasrat kala ia bersilang dengan dirinya. Reang, riang, hujam sendu bergumam, seiring riak gairah yang erat memekat, tinggal menjadi kerak-kerak artefak. Tiba-tiba tercipta kidung dari getar dan dengung yang silang bersanggam. Lantun memantun....” – Kimung, Penulis, Musisi dan Sejarawan