Jika ingin tampil sebagai game changer, NU harus mampu terus mengetengahkan ide dan gagasan ke ranah publik. Fikih Peradaban bisa dimaksudkan sebagai bingkai dari sekian banyak ide dan gagasan yang ditawarkan sebagai bagian dari agenda setting. Buku ini mencoba untuk memulai perbincangan, sekaligus tawaran, bagaimana merekayasa peradaban. Alam semesta sebagai pijakan tumbuh kembangnya peradaban adalah ciptaan Tuhan yang harus terus dijaga. NU merasa dirinya mengemban mandat religius ini sebagai bentuk artikulasi peran kekhalifahan di muka bumi yang cukup jelas dinarasikan di dalam kitab suci. NU tentunya ingin terus berjuang untuk menegakkan kedaulatan dan marwah alam semesta dari degradasi akibat kesalahan dan kerakusan kebijakan manusia. Buku ini menarik untuk dibaca karena memuat tawaran-tawaran ide, baik teoritis, metodologis maupun praksis, operasional, bagaimana NU sebaiknya turut mengawal peradaban di muka bumi. NU tidaklah hidup di ruang kosong, akan tetapi dihadapkan dengan dunia yang senantiasa berubah dan terbarui, baik di tingkatan nasional, regional maupun global. Maka penting untuk mendiskusikan Fikih Peradaban sebagai respon NU terhadap derap perubahan dalam rangka merawat jagat dan membangun peradaban.