Country | |
Publisher | |
ISBN | 9786236625811 |
Format | PaperBack |
Language | Bahasa |
Year of Publication | 2023 |
Bib. Info | xviii, 242p. Includes Index |
Categories | Communication/Journalism |
Product Weight | 300 gms. |
Shipping Charges(USD) |
Di tengah arus besar perubahan yang memengaruhi tatanan (disrupsi) media massa secara umum, televisi , sebagai media paling populer hingga kini, tergolong masih cukup mampu bertahan. Para ahli dan praktisi media—terutama mereka yang beraliran skeptis, menyebut bisnis televisi sudah memasuki fase awal senja kala media, sebagaimana yang dialami oleh media warisan lainnya, media cetak dan radio. Namun nyatanya, televisi masih menjadi “pemangsa” kue dari pengeluaran iklan (advertising expenditure) dari korporasi dan institusi mana pun. Data dari Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) menunjukkan, porsi belanja iklan ke televisi masih berada di kisaran 70%-75% pada 2023. Sisanya terbagi ke platform media lain, yaitu digital, cetak, dan radio. Mengapa televisi masih menjadi “penguasa” industri media? Bagaima industri televisi sejak kelahirannya menjadi magnet bagi massa, dan pengiklan komersial? Sampai kapankah televisi masih akan terus bertahan? Bagaamana kehadiran media digital dan sistem penyiaran digital menjadi ancaman serius industri penyiaran?