Buku ini mengupas kisah teladan hidup Kiai Muhammad Shiddiq sebagai tokoh awal kiai di Jember. Tak hanya mulia akhlaknya kepada sesama manusia, bahkan kasih sayang Kiai Shiddiq juga tercurah kepada merpati dan semut. Sang Kiai membuat fondasi kemasyarakatan dan keagamaan di Jember sehingga religi pesantren di wilayah ini terpatri kuat. Pewarisan masalah kemasyarakatan dan keagamaan juga be rjalan mulus. Lewat putranya, Kiai Mahfudz Shiddiq, misalnya, ormas Nahdlatul Ulama (NU) menjadi jami’yah yang siap terhadap modernisasi zaman. Dan, melalui putra bungsunya, Kiai Achmad Shiddiq, NU mewarnai keagamaan di Indonesia, dengan gagasan Islam Jalan Tengah yang cinta Tanah Air. ”Ide Kiai Achmad Shiddiq bukan lagi hanya milik keluarga, bukan milik NU, tetapi ide (ide Pancasila dan ide Tri Ukhuwah) itu sudah jadi milik bangsa Indonesia,” kata Kiai Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU 1999-2010 terkait gagasan Kiai Achmad Shiddiq. Kisah-kisah lain terkait dzurriyah Kiai Muhammad Shiddiq terurai dalam buku Tinta Emas Perjuangan Kiai Shiddiq untuk Indonesia ini. Sayang jika perjalanan dari tokoh-tokoh yang berperan dalam memberi warna keagamaan di Tanah Air ini dilewatkan. ”Aku tidak melihat sesuatu lebih manfaat untuk hati selain dari mengenang sejarah orang-orang saleh,” ujar Yunus bin Muhammad, seorang syekh.