Paraplegia berkisahkan tentang perjuangan masyarakat Luwu pada kekelaman di zaman teror yang gencar dilakukan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) tahun 1952-1965 se-Sulawesi Selatan. Merupakan rentang waktu tersuram pasca kemerdekaan yang tidak ingin lagi dirasakan oleh siapa saja yang mengalaminya. Masa itu adalah masa pemberontakan dan yang paling ditakuti adalah pasukan DI/TII yang disebut masyarakat sebagai gerombolan.
Paraplegia mengisahkan tentang seorang nenek, Tendri Nyili yang sekarang harus duduk di kursi roda. Setiap sore hari, ia duduk di halaman rumahnya yang berada di atas sebuah bukit berhadapan dengan laut. Di tempat itu, ia menceritakan kisah yang ia alami di masa teror oleh gerombolan DI/TII kepada cucunya, Anggun. Kisah kasih nenek bersama adiknya berusia 16 tahun dan ibunya yang juga ditahan waktu itu. Semua pengorbanan dan perjuangan demi bebas dari tahanan DI/TII diceritakan dalam buku ini. Seorang pemuda tampan benama Dattulu’, pemuda yang sangat dikagumi Tendri Nyili merupakan cinta sejatinya.