Meskipun penyair tidak ingin disebut sebagai pahlawan atau orang suci karena telah menulis puisi, ekspresi seni penyair dengan bahasa sastra sebagai alatnya memang menjadi “penghibur jiwa” dan menyejukkan hati-hati yang gersang dengan tanpa mendoktrin atau menggurui. Kehadiran penyair dan puisinya memang penting untuk menjadi salah satu media komunikasi yang beradab dan berbudaya di tengah era keterbukaan saat ini yang cenderung kebablasan dan menghalal­kan berbagai cara, termasuk merebaknya media ungkap dengan kekerasan. Puisi hadir untuk menye­jahterakan kehidupan batin manusia yang sering kali terlupakan. Puisi bukan hanya bahasa seorang pecinta, perayu, atau orang putus cinta, melainkan dapat memiliki peran-peran universal menurut tema yang dituangkan penyair dalam puisinya. Puisi-puisi Ingit Mreta Claritas dalam buku ini menunjukkan dan mewakili pengalaman hidup yang digelutinya. Puisi-puisi Ingit ini banyak menceritakan tentang kedekatannya kepada Sang Khalik, tentang kisah cinta yang parsial maupun yang universal. Tema tentang cinta memang sumber inspirasi yang tak pernah mati. Perjumpaan dan pergaulan Ingit dengan komunitas penyair di Jawa Timur dan tumbuh berkembangnya Ingit di Omah Budaya Slamet (OBS) telah meng­hasilkan puisi-puisi yang penuh kecerdasan imaji. Dan, beberapa tema lain yang juga tidak luput dari perhatiannya, seperti bakti kepada orang tua dan kepedulian terhadap lingkungan sosial sekitar digarap dalam kum­pul­an puisi Senandika ini.