Melalui Merah Juang: Kelit Identitas dan Nasionalisme Liem Khing Hoo, kita mendapati kompleksitas pada cara Liem Khing Hoo menghadirkan diskursus tentang komunisme dan kolonialisme, keduanya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan Tionghoa Peranakan dan masyarakat Hindia Belanda secara umum. Kompleksitas penarasian tersebut tidak bisa dipisahkan dari implementasi sejumlah kebijakan oleh pemerintah kolonial, khususnya yang berkenaan dengan pelarangan paham dan gerakan yang dianggap melawan serta penetapan stratifikasi sosial berdasarkan ras dan etnis. Kajian yang dilakukan oleh Galuh menunjukkan aspek-aspek yang kita nafikan ketika membaca kesusastraan Indonesia, yaitu karya sastra Melayu Tionghoa yang penuh kompleksitas, yang dilahirkan oleh pengarang-pengarang yang terus bergerak di tengah ombang-ambing identitas dan terus bersuara di tengah belenggu penjajahan. "Dengan mengulik dua roman Liem Khing Hoo, Galuh secara tidak langsung menampilkan sosok Indonesia yang berani untuk bersemangat di tengah belenggu penjajahan. Pada saat yang sama buku ini tidak mengidealisasikan figur seorang Liem Khing Hoo dengan mencatat bagaimana ia kemudian berubah arah dan menjadi kompromis. Bagaimanapun, buku ini adalah sebuah gebrakan dalam khazanah penerbitan Indonesia."