Banyak orang beranggapan masyarakat Madura itu homogen dan setiap individu di dalamnya memeluk hanya satu agama: Islam. Anggapan itu muncul karena orang-orang Madura sejak lama sering diimajinasikan dan digambarkan sebagai muslim yang taat, sampai-sampai ada anekdot cukup familier yang menyebutkan bahwa 90% orang Madura itu muslim, sementara sisanya Muhammadiyah. Buku ini hadir untuk menepis anggapan salah kaprah tersebut. Kenyataannya, tidak 100% masyarakat Madura memeluk Islam. Di Pulau Garam ini, komunitas Kristen juga tumbuh-meskipun tentu saja minoritas-di semua kabupaten. Sejumlah gereja berdiri di Bangkalan, Pamekasan, dan Sumenep. Hanya Sampang satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki gereja resmi, tetapi di sana hidup tidak kurang dari 310 umat kristiani. Tidak hanya menghadirkan fakta sosial yang jarang diketahui masyarakat luas, buku ini juga menyajikan panorama hubungan sosial, pembentukan identitas, dan pergulatan sosiokultural komunitas Kristen Madura, baik yang "negeri" maupun "swasta", di tengah-tengah kepungan pemeluk agaiħa mayoritas di sana.