Country | |
Publisher | |
ISBN | 9786231321978 |
Format | PaperBack |
Language | Bahasa Indonesia |
Year of Publication | 2024 |
Bib. Info | x, 134p. ; 23cm Includes Bibliography |
Categories | Education |
Product Weight | 200 gms. |
Shipping Charges(USD) |
Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan Islam tertua di Indonesia dan menjadi salah satu model Pendidikan terbaik bagi pembentukan karakter generasi muda. Keberadaan pesantren tersebut tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Indonesia karena pesantren umumnya dibentuk dan dikelola oleh masyarakat. Seiring dengan perubahan masyarakat akibat berkembangnya teknologi informasi, maka pesantren pun mengalami perubahan. Salah satunya berkaitan dengan metode pembelajaran di Pesantren. Pembelajaran kitab kuning yang menjadi ciri khas pondok pesantren disampaikan tidak saja melalui pembelajaran secara langsung kepada para santri, tetapi saat ini bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai media digital, seperti media social. Implikasi dari perubahan tersebut, pembelajaran model pesantren ini bisa dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak memiliki pesantren, tetapi memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni di bidang ajaran Islam, sehingga berkembang kajian-kajian kitab kuning secara online di berbagai media digital. Hilangnya batas-batas geografi dalam proses pembelajaran model pesantren inilah yang penulis namakan dengan “deteritorialisasi pesantren”. Kajian Kitab Ihya Ulumuddin al-Ghazali oleh Gus Ulil dan Ngaji Manuskrip Nusantara (Ngariksa) oleh Kang Oman di facebook merupakan bagian kecil dari adanya deteritorialisasi pesantren. (Islamic Boarding School/Deterritorialization Culture)